• Posted by : Ahmad Nabiel Minggu, 28 September 2014

       

    Tahukah Anda bahwa sebenarnya banyak sekali di sekeliling kita hal-hal sepele namun fatal? Hal sepele itu mungkin saja biasa bagi kita dan lumrah, tetapi jika kita kaji ulang dalam hukum islam hal itu ternyata dapat menjadi hal yang berakibat fatal bagi kita. Nah, kali ini saya akan membahas beberapa diantaranya, lets check it out!



    1. Asal Ambil
         Biasanya hal ini adalah hal yang paling sering kita temui. Orang biasanya suka asal ambil barang yang dia temuin entah itu di jalan, kelas, tempat umum bahkan kamar sekalipun. Contohnya ada orang lagi duduk, terus nemu bolpen disampingnya. Nah padahal dia gak tahu itu bolpen siapa, tapi dia langsung asal pake aja, apalagi kalo sampe dibawa pulang. 
         Kelihatannya sepele, tapi coba kita kaji. Dia mengambil barang orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya serta memanfaatkannya tanpa bilang ke pemiliknya. Bukankah hal ini bisa dikategorikan mencuri? Meskipun tidak mencapai nisabnya, hal ini merugikan orang lain atau kita bisa meyebutnya 'mencuri kecil'. Lalu bila pemiliknya mencarinya bagaimana? Apalagi bila pemiliknya tidak ridho dengan diambilnya barang tersebut, barang itu bisa menjadi haram dipakai oleh orang yang mengambil. Ingat kawan, Imam Syafi'i saja sampai rela mengabdikan diri hanya untuk meminta keridhoan atas buah apel yang baru saja ia makan tanpa sengaja. Beliau pun rela mencari pemiliknya demi keridhoannya, padahal apel itu hanyalah apel yang jatuh dan hanyut terbawa sungai. Tapi Imam Syafi'i rela menyusuri sungai tersebut. Ingat keridhoan itu adalah kunci sukses dalam hidup kita.
         Untuk tambahan, dulu ustadz saya pernah bilang bahwa hal ini boleh jika kita 'ulima ridhohu. Yaitu yakin dengan pasti bahwa ia pasti akan membolehkan kita. Seperti sahabat yang kita ketahui ridhonya. namun tetap saja dalam hal ini kita harus berhati-hati.

    2. Minta Dulu, Ngomong Belakangan
         Sebenarnya hal ini gak beda jauh dengan yang pertama, namun hal ini bisa dibilang 'modifikasi' dari hal pertama tadi. Bedanya kali ini orang tersebut meminta izin kepada pemiliknya Tapi setelah ia menggunakan atau memanfaatkan barang tersebut. Contohnya Fulan nemu Bon C*be di meja kantin, terus dia nanya ketemennya punya siapa bon c*be itu. Temennya jawab, itu punya si Fulan Ukhro. Nah langsung aja dia makan tuh bon c*be. Pas udah selesai makan akhirnya dia ketemu sama si Fulan Ukhro, baru dia bilang kalo tadi dia minta bon c*benya.
         Sama seperti pembahasan nomor 1, hal ini dapat menyebabkan ketidak ridhoan seseorang. Meskipun pemilik bilang iya saat ditanya, bisa saja ia tidak ridho dalam hatinya. Kalo pemiliknya gak ridho biasanya alasan orang yang minta itu kurang lebih gini "Ya elah... bolehlah lagian kan udah gue makan, masa' gue harus ngeluarin lagi terus gue kasih ke elo? Tapi kalo tetep gak boleh ya besok pagi gue keluarin deh, terus gue kasih ke elo". Nah dengan kata-kata itu biasanya pemilik dengan terpaksa mengiyakan saja. Ingat kawan, hati hanya diketahui oleh kita sendiri dan Allah. Meskipun dia bilang 'boleh', bisa jadi hatinya sangat tidak ikhlas.

    3. Barang Dia, gue yang nawarin
         Sebenarnya ini tidak terlalu parah, tetapi dalam segi akhlak hal ini dipandang kurang baik dan bukan termasuk akhlak terpuji. Contohnya Fulan punya kripik singkong dan lagi makan bareng sama temen-temennya. Terus dateng Fulan Ukhro Al Awwal, tiba-tiba teman si Fulan, yaitu Fulan Ukhro Ats Tsani ngambil bungkus kripik itu, terus nawarin ke Fulan Ukhro Al Awwal.
         Memang hal ini biasa saja, namun hanya kurang tepat dengan akhlak yang baik. Karena seharusnya pemiliklah yang menawari Fulan Ukhro Al Awwal. Karena sebagai pemilik ia lebih berhak atas hal itu. Kecuali barang itu sudah dijadikan barang milik bersama ataupun pemilik memang membolehkannya.

    4. "Silahkan Minum" tapi masih malu-malu!
         Hal ini berkaitan dengan adab bertamu. Hal ini memang tidak terlalu fatal, tapi sepatutnya kita memperhatikan hal ini dalam sudut pandang akhlak. Hendaknya ketika pemilik rumah telah mempersilakan kita untuk minum atau makan, hendaknya kita langsung melaksanakannya. Karena hal ini untuk menyenangkan hati pemilik rumah. Karena bila tidak, hal itu seperti meyatakan bahwa kita tidak suka dengan minuman atau hal lain yang telah disajikan. Dan hal itu seakan tidak menghormati pemilik rumah.

    5. Sajadah menghalangi rapatnya barisan solat
        Sudah sewajibnya kita merapatkan barisan kita saat solat. Tapi biasanya hal itu tidak dilakukan, salah satu alasannya ialah sajadah. Biasanya orang yang membawa sajadah enggan untuk merapatkan barisannya karena seolah telah termindset dipikirannya bahwa sajadah itu adalah 'Daerah Kekuasaannya', sehingga ia enggan untuk merapatkan barisan. Hal ini biasanya terjadi ketika dua orang yang membawa sajadah membentangkan sajadahnya bersebelahan. 
         Ataupun ketika sholat di dalam masjid yang memiliki karpet bercorak. Umumnya seperti ini :

    Biasanya orang yang sholat akan terpaku bahwa ia harus berada dalam pola karpet itu, sehingga menyebabkan barisan sholat tidak rapat. Padahal seharusnya kita merapatkan barisan saat sholat, karena itu merupakan salah satu kesempurnaan sholat. Sehingga dapat membuat sholat kita kurang sempurna. Akan lebih baik bila karpetnya polos seperti ini


    Terima kashi telah membaca postingan saya. mohon maaf bila ada kesalahan serta mohon koreksinya. 

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    Kumpulan Cerita Iseng Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan